Senin, 05 Oktober 2009

1.ABBAS QASIM IBNU FIRNAS Sang penemu parasut, Peletak Dasar Penerbangan

Salah satu periode yang tidak banyak diketahui oleh para pelajar muslim di tanah air adalah periode kemajuan sains islam dari abad VII sampai abad XIV yang dikenal dengan abad pertengahan . Ketika itu para penguasa muslim membuka perbagai pusat kegiatan keilmuan mulai dari Baghdad, Mesir, sampai ke Andalusia Spanyol. Baghdad menjadi kiblat ilmu pengetahun bagi ilmuan-ilmuan di Asia dan Cordoba memainkan peranan sebagai pusat intelektual di Eropa.
Andalusia Spanyol sebelum dicaplok oleh aliansi Kerajaan Aragon Catilla ke dalam kekuasaan kristen telah melahirkan banyak ilmuan di antaranya Ibnu Rusyd (ahli filsafat…), Abul hasan Al kalasadi ( ahli matematika – 1484), Syekh zakaria Ibnu Al Awwam ( ahli pertanian abad XII), Ibnu Al Samh (ahli astronomi, -1305), Ibrahim Al Bassal (ahli botani, -1105) dan masih banyak lagi
Langkah-langkah nyata untuk menguji alat terbang pun telah dilakukan pada masa itu. Jika di barat kita kenal tokoh-tokoh semacam Sir George cayley, Otto Lilienthal dan Wright Bersaudara yang telah berjasa merintis ilmu penerbangan menjadi industri modern seperti yang kita rasakan sekarang, rasanya pun bukan hal yang berlebihan jika kita mengenal juga ilmuan-ilmuan muslim yang justru telah melakukan eksperimen terbang 1.000 tahun mendahului Wright Bersaudara ini.
Dia bernama lengkap Abbas Qasim Ibnu Firnas ( di barat dikenal dengan nama Armen Firman). Dilahirkan pada tahun 810 M di Korah takrna ,Izn-Rand Onda, Al-Andalus ( kini Ronda, Spanyol) dari orang tuanya yang keturunan Maroko. Ia lahir pada masa pemerintahan dinasti Umayyah, antara lain Hakam I, anakknya, Abdulrahman II dan Muhammad I atau yang dijuluki dengan Amir Muhammad Amir Bin Abdulrahman.
Kaum Muslim pada waktu itu sangat terbuka terhadap ilmu-ilmu Yunai, suatu sikap yang tidak pernah terjadi pada masa sebelum dan sesudahnya. Kegiatan penerjemahan digiatkan oleh Khalifah muhammad I di andalusia sama giatnya dengan yang dilakukan oleh Khalifaa al maknun di Baghdad.
Dalam suasana inilah Ibnu firnas hidup. Ia berguru pada seorang ulama bernama Abul Hasan Ali bin nafi, seorang ilmuan yang dijuluki Ziryab Sang Burung Hitam yang mengajarinya musik dan sains di samping ilmu-ilmu lain termasuk ilmu-ilmu dari Yunani yang mudah diperoleh pada waktu itu. Ini menjadikan Abbas Firnas tumbuh sebagai ilmuan yang menguasai berbagai bidang keilmuan di antaranya kimia, fisika, dan sastra.
Ia gemar meneliti gejala-gejala alam seperti mekanisme terjadinya halilintar dan kilat dan menyusun tabel astronomi. menurut cerita ia berkreasi sendiri merancang kubah rumahnya menyerupai langit dan meniru bintang-bintangnya. Upaya itu dilengkapi dengan alat yang dapat mengecoh orang yang melihatnya seakan-akan melihat bintang, awan, kilat, dan halilintar di langit. Ia juga mengembangkan peraga rantai cincin yang digunakan untuk memperlihatkan pergerakan planet-plenet dan bintang-bintang.
Dari sejumlah penelitian di laboratorium dan dari hasil penelitiannya tersebut, ia mengembangkan formula untuk membuat gelas dari pasir dan menemukan cara pemotongan batu kristal yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat temuan ini, spanyol tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir karena kaca telah mampu diproduksi sampai selesai di dalam negeri.
Mulai saat itu Ibnu firnas menjadi buah bibir masyarakat Cordoba. Berita tentang kecerdasannya pun sampai ke kalangan istana sehingga ia pernah beberapa kali menerima pesanan dari istana untuk membuat suatu alat. Amir Abdulrahman bin Al-Hakam pernah meminta Ibnu firnas membuat teropong bintang. Abbas memenuhi pesanan tersebut dengan membuat teropong dengan tujuh lobang yang dapat bergerak. Sementara pada masa pemerintahan Amir Muhammad bin abdulrahman, ia membuat jam air yang bernama Al-Maqata.
Pada tahun 852, Ibnu firnas merancang semacam sayap dari jubah yang disangga kayu. Ia kemudian memutuskan untuk melakukan uji terbang menggunakan sayap buatannya itu dari menara mesjid mezquita di Cordoba. Dari puncak menara ia melompat dan melayang sebentar di udara kemudian mendarat dengan cedera ringan. Jubah terbang yang digunakan Ibnu firnas ini tercatat sebagai parasut pertama di dunia.
Pada tahun 875, di kala usianya menginjak 65 tahun ia merancang lagi sebuah alat terbang menterupai pesawat layang yang diharapkan akan lebih baik dari alat buatannya sebelumnya. Setelah menganggap alat yang telah ia perbaharui ini laik terbang, ia pun mengundang penduduk Cordoba ke Jabal Al-Arus ( Mount of the Bride) yang terletak di kawasan Rusafa, dekat Cordoba untuk menyaksikan demo terbangnya pada suatu sore.
Pada mulanya penerbangan yang disaksikan oleh masyarakat luas ini terbilang cukup sukses. Ibnu Firnas berhasil melayang bebepara ratus kaki kemudian membumbung tinggi. Sayangnya Ibnu Firnas belum memikirkan perlunya menambahkan sistem stabilitas dan kontrol, bahkan pesawat layangnya ini tidak memiliki ekor sama sekali yang mengakibatkan ketidakseimbangan dan tak ada cara untuk mengendalikan pendaratan. Ia pun meluncur ke bawah tanpa terkendali dan terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang cukup parah sehingga ia tidak mampu lagi melakukan uji coba berikutnya.
Kendati demikian, penerbangan Ibnu firnas ini dicatat oleh seorang penyair sezamannya, Mu’min Ibn Said dengan kata-katanya :
“Ibnu Firnas terbang lebih cepat dari pada burung phoenix. Ketika ia mengenakannya bulu-bulu di badannya ia akan seperti burung mayar”.
Sementara itu Sejarahwan Phillip Hitti yang menulis buku History of Arabs menyebut bahwa, Ibnu Firnas adalah manusia pertama dalam sejarah yang melakukan percobaan terbang.
Abbas Ibnu Firnas meninggal pada tahun 888 dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat uji coba pesawat layangnya.
Orang-orang sezamannyanya menjuluki Abbas qasim Ibnu Firnas “Orang bijak” Andalusia. Hal ini mungkin karena kesibukannya dalam lapangan ilmu. namun pernah pula suatu ketika ia dituduh sebagai orang zindik atau kafir. Mereka menulis bukti-bukti yang menjelaskan kezindikannya, dan diserahkan pada qadi di cordoba. Merekapun datang menjadi saksi. Namun sang kadi, setelah bermusyawarah dengan fukaha di cordoba mengenai masalah ini, membebaskan Ibnu Firnas dari rtuduhan tersebut.
Di era-era selanjutnya, ilmuan-ilmuan di belahan Eropa lainnya pun giat mempelajari karya-karya ilmuan muslim. Alat terbang Ibnu Firnas yang terbuat dari rangka kayu dan bulu dipelajari oleh Roger Bacon 500 tahun setelah penerbangan Ibnu Firnas, kemudian Bacon meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang. Dua ratus tahun setelah Bacon barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
Amat sedikit orang yang mengetahui bahwa kemajuan industri penerbangan dewasa ini telah dimulai dari rela seorang Ibnu Firnas yang rela babak belur untuk sekedar melayang sebentar di udara layaknya burung . Untuk mengeng jasa-jasanya sebagai pionior di b idang penerbangan, Pemerintah Irak membangun patung Ibnu Firnas di sebuah jalan menuju bandara Internasional baghad, ilustrasi penerbangannya pernah dicetak pada sebuah perangko di Libya sementara itu badan…..mengabadikan namanya pada sebuah kawah di bulan pada posisi….

Tidak ada komentar: