Senin, 05 Oktober 2009

TAQI AL DIN

Nama lengkapnya adalah Taqi Al- din Muhammad Bin Ma’roof bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Yousef bin Muhammad Al-Shami. Lahir di Damaskus, Syria pada tahun 1526 ( sumber lain mengatakan di Mesir). Ilmuwan Muslim agung dari abad XVI itu bernama lengkap Taqi Al-Din Abu Bakar Muhammad bin Zayn Al-Din Maruf Al-Dimashqi Al-Hanafi. Namun, sang ilmuwan itu termasyhur dengan nama panggilan Taqi Al-Din Al-Rasid. Taqi Al-Din terlahir pada 1521 M di Damaskus, Suriah. Semasa hidupnya Ia mengabdikan dirinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Kekhalifahan Usmani Turki
Guru pertama adalah sang ayah
Ayahnya, Maruf Efendi adalah seorang hakim yang kemudian “mewariskan” profesi ini kepada Taqi al din. Guru pertama Taqi Al-Din adalah ayahnya sendiri. Dari sang ayah, ia menimba ilmu agama Islam. Setelah dianggap memiliki fondasi agama yang kuat, sang ayah mengirimkannya untuk belajar ilmu pengetahuan umum di Damaskus dan Mesir.Taqi al din menjalani pendidikan di Mesir. Di sini belajar ilmu keteknikan, astronomi, astrologi, dan sains sehingga menjadi ahli berbagai cabang ilmu sebagaimana yang sering terjadi pada banyak ilmuan di zamannya. Itu pula sebabnya ia menyandang berbagai predikat keilmuan di antaranya astronom, astrolog, ahli optika dan filsuf. Ia mempelajari matematika dari Shihab Al-Di-n Al-Ghazzi. Sedangkan, guru astronominya yang paling berpengaruh adalah Muhammad bin Abi Al-Fath Al-Sufi.
Gemar matematika

Matematika merupakan ilmu yang paling menarik perhatiannya saat masih belajar. Kesukaannya kepada ilmu berhitung itu diungkapkan Taqi Al-Din dalam kata pengantar beragam buku yang ditulisnya. Setelah menamatkan pendidikannya, ia mengajar di madrasah di Damaskus.

Sekitar tahun 1550 M, ia bersama ayahnya, , bertandang ke Istanbul--ibu kota pemerintahan Ottoman Turki. Selama berada di kota itu, Taqi Al-Din menjalin hubungan dengan para ilmuwan Turki, seperti Chivi-zada, Abu al-Su`ud, Qutb al-Di-n-zada Mahmad, dan Sajli Amir. Tak lama kemudian, ia kembali lagi ke Mesir dan mengajar di Madrasah Shayhuniyya dan Surgatmishiyya di kota itu.

Taqi Al-Din sempat mengunjungi Istanbul untuk waktu yang tak terlalu lama. Di kota itu, ia sempat dipercaya untuk mengajar di Madrasah Edirnekapi Madrasa. Saat itu, Perdana Menteri Kerajaan Usmani Turki dijabat Sami-z Ali Pasha. Selama mengajar di Madrasah Edirnekapi, Taqi Al-Din menggunakan perpustakaan pribadi Ali Pasha dan koleksi jamnya untuk penelitian.

Ketika Ali Pasha diangkat sebagai gubernur Mesir, Taqi Al-Din juga kembali ke negeri Piramida itu. Di Mesir, Taqi Al-Din diangkat sebagai hakim atau qadi serta mengajar di madrasah. Selama tinggal di Mesir, Taqi Al-Din tercatat menghasilkan beberapa karya dalam bidang astronomi dan matematika.

Pada era kekuasaan Sultan Selim II, sang ilmuwan diminta untuk mengembangkan pengetahuannya dalam bidang astronomi oleh seorang hakim di Mesir, yakni Kazasker Abd al-Karim Efendi dan ayahnya Qutb Al-Din. Bahkan, Qutb Al-Din menghibahkan kumpulan karya-karyanya beserta beragam peralatan astronomi. Sejak itulah, ia mulai konsisten mengembangkan astronomi dan matematika.

Sejak itu pula ia resmi menjadi astronom resmi Sultan Selim II pada 1571 M. Ia diangkat sebagai kepala astronom kesultanan (Munajjimbashi) setelah wafatnya Mustafa bin Ali Al-Muwaqqit--kepala astronom terdahulu. Taqi Al-Din juga dikenal supel dalam pergaulan. Ia mampu menjalin hubungan yang erat dengan para ulama dan pejabat negara.
Beberapa karya taqi Al din antara lain :
1. Matematika
- Kita-b al-nisab al-mutasha-kkala fi- 'l-jabr wa-'l-muqa-bala: Buku yang mengupas tentang rasio dalam aljabar. Buku ini ditulis di Kairo.
- Bughyat al-tulla-b fi- `ilm al-hisa-b: Buku ini membahas tentang tujuan para pelajar mempelajari Ilmu aritmatika.
- Kita-b tastih al-ukar: Buku itu ditulis Taqi Al-Din dan dipersembahkan bagi Hoca Sa'dettin Efendi.
- Sharh risalat al-Tajni-s fi- 'l-hisab: Berisi tentang klasifikasi dalam aritmatika.
- Risa-la fi- tahqi-qi ma- qa-lahu 'l-'alim Giyathuddin Jamsid fi- bayani 'l-nisba bayna 'l-muhi-t wa-'l-qutr.
- Tahri-r Kita-b al-ukar li-Thawudhusiyus

2. Bidang Mekanika
- Al-Kawa-kib al-durriyya fi- wadh' al-banka-mat al-dawriyya: Membahas tentang pembuatan jam mekanik. Buku ini disusun di Nablus (sekarang Palestina) pada 1559 M. Dalam prakatanya, dia menuturkan penulisan buku itu memanfaatkan perpustakaan pribadi Ali Pasha dan koleksi jam mekanik Eropa yang dimilikinya.
- Fi- `ilm al-binkamat.
- Al-Turuq al-saniyya fi'l-alat al-ruhaniyya: Memaparkan cara kerja mesin uap air dan turbin uap air. Buku ini ditulis di Kairo pada 1551 M.
Turbin uap
Karyanya yang paling berpengaruh adalah di bidang keteknikan di antara 19 buah buku di yang ia tulis di bidang ini. berjudul Al -turuq al -samiyya fi al-alat al-rihaniyya ( the sublime methods of spritual machines) . Karya ini ditulis pada tahun 1551. Buku ini membahas tentang turbin uap dan mesin uap yang dikenal telah mendahului penemuan stem power-nya Giovanni Branca tahun 1629.
Turbin uap Taqi al din menggambarkan penggunaan tenaga penggerak utama ( prime mover) untuk spit ( menyemprotkan air) yang bisa berputar sendiri. Dalam buku Al-turuq Taqi al-din menulis :
Untuk membuat tusukan daging panggang yang dapat berputar sendiri, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Yang pertama adalah membuat kipas di ujung tusukan. Di bawahnya diletakkan sebuah kendi yang terbuat dari tembaga untuk menampung air. Corong dari kendi diarahkan ke kipas yang berputar tersebut. Nyalakan api di bawah kendi maka uap air di dalam kendi akan bergerak memutar kipas pemanggang. Kalau bisa hubungkan kendi dengan kolam air sehingga uap yang dihasilkan semakin banyak.
Hasil pemikiran Taqi al-din terkait dengan mekanisme pergerakan turbin dari tenaga uap ini diteruskan oleh Leonardo da Vinci dalam bentuk lukisan serta Giovanni Branca , dan kelak menginspirasi James Watt untuk membuat mesin tenaga uap.
Pompa Monoblock dengan enam buah silinder

Taqi al din dikenal pula sebagai penemu pompa dengan 6 silinder pada tahun 1599 yang dikembangkan dari penemuan Al Jazari 3oo tahun sebelumnya. Alat ini merupakan mesin pengangjkut air yang menggunakan tenaga air yang terdiri dari valve, pengisap, pipa-pipa penyalur, piston rod (batang piston.) dengan load weight ( pembeban), trip lever (alur penyetara) dengan pin joint ( pin penyambung ) serta cam ( roda sisir) pada porosnya dan bekerja dengan prinsip water driven scoop wheel ( roda mencedok air ).

- Risala fi- `amal al-mi-zan al-tabi'i: Membahas tentang berat dan cara pengukuran serta menjelaskan skala archimides.

3. Optik
- Kitab Nu-r hadaqat al-ibsa-r wa-nur haqi-qat al-anzar: Buku ini berisi tentang bagaimana mata melihat. Selain itu, buku ini juga membahas refleksi dan reflaksi cahaya. Mengkaji pula hubungan antara cahaya dan warna. Buku ini didedikasikan Taqi Al-Din khusus untuk Sultan Murad III.

3. Penemuan peralatan observatorium
- Sextant (mushabbaha bi-'l mana-tiq): Digunakan untuk mengukur jarak antara bintang. Sextant yang diciptakan Taqi Al-Din diyakini sebagai pencapaian terbesar dalam bidang astronomi pada abad ke-16 M. Taqi Al-Din menggunakan alat itu untuk mengukur jari-jari lingkaran Venus, seperti yang disebutkan Ptolemeus dalam bukunya, Almagest.

- Dhat Al-awtar: Penanda lama waktu malam dan siang dan malam pada musim semi dan gugur.
- Jam astronomi: Taqi Al-Din menggunakan jam mekanik yang dibuatnya sendiri untuk observasi. Ia membuat jam astronomi di observatorium yang dipimpinnya.





.










Gbr : Sextant Taqi al din
3. Buku astronomi
Buah karyanya yang paling banyak adalah astronomi. Dalam bidang ini, Taqi Al-Din menulis sederet buku, antara lain:

- Rayhanat al-ruh fi- rasm al-sa'at `ala mustawa al-suth. Berisi tentang sejarah penulisan astronomi pada periode Ottoman.
- Jaridat al-durar wa khari-dat al-fikar: Berisi tabel sinus dan tangen dalam pecahan desimal.
- Kitab al-thimar al-yani'a `an qutaf al-ala al-jami'a.
- Manzu-mat al-mujayyab.
- Sidrat muntaha al-afkar fi- malaku-t al-falak al-dawwar.
- Kitab fi ma'rifat wad' al-sa'at.
- Al-Abya-t al-tis'a fi- istihraj al-tawarikh al-mashhura wa-sharhuha.
- Revision of the Zi-j of Ulugh Beg: mentioned in Kashf al-Zunun.
- Treatise on the Azimuth of the Qibla (Risa-lat samt al-Qibla).
Serta sederet buku astronomi lainnya.
Peralatan Astronomi
Taqi al din menulis sebuah risalah penting tentang peralatan astronomi yang berjudul The observational instruments of the emperor’s catalogue. (..) yang menggambarkan peralatan peralatan astronomi yang digunakan di observatoriumnya termasuk insrtumen lama misalnya, almilarry sphere, paralactic rular dan astrolabe, kemudian instrumen para astronom muslim sebelumnya seperti universal astrolabe, azimuthal dan mural, quadrants dan sextants serta beberapa instrumen yang ia temukan sndiri sepaerti mushabbaha bi’l manattiq, sebuah sextant unik yang dilengkapi dengan cords, atau semacam tali untuk mementukan waktu siang dan malam yang sama seperti apa yang kemudian yang dilakukan pula oleh Tyco Brahe. Ia juga membuat quadrant kayu untuk mengukur letak dan elevations ketinggian bintang .
Namun instruman astronominya yang penting adalah observational clock di mana di dalam bukunya In The nabik free of thr extrimity of thoughts ia gambarkan sebagai jam mekanisme tiga putaran jarum yang menunjukkan jam, menit dan detik.
Ia gunakan peralatan-peralatan ini untuk kegiatan astronomi khususnya untuk mengukur jarak bintang-bintang. Karya-karya Taqi al Din dianggap sebagai inovasi terpenting di bad 16 di bidang astronomi, sebab jam-jam sebeluimnya belum cukup akurat jika digunakan di bidang astronomi

6. Bidang lainnya
- Buku ilmu hewan berjudul Al-Masa-bih al-muzhira fi- `ilm al-bazdara:.
- Kamus botani berjudul Tarjuma-n al-atibba' wa-lisan al-alibba':.



Observatorium

Pada tahun 1571, taqi al din menjabat sebagai astronom kerajaan di istana Daulah Usmaniyah, Sultan Salim II. Sepeninggal sultan salim II, Taqi Al din mengusulkan pada sultan Murad III, pemggantinya untuk membangun sebuah observatorium. Usul ini diterima dan pada tahun 1577 dibangunlah sebuah observatorium di Istanbul yang diberi nama Observatory Of al Din.
Bangunan observatorium ini terdiri dari dua buah bangunan di atas sebuah bukit yang dapat memantau Eropa dari Istanbul dan leluasa memandang langit pada malam hari. Di dalam bangunan utama terdapat perpustakaan dan tempat tinggal para staff, sementara di bangunan yang lebih kecil tersimpan koleksi peralatan astronomi buatan Al din. Peralatan-peralatan tersebut antara lain, armilarry sphere raksasa dan jam astronomi untuk mengukur posisi dan kecepatan gerak planet. Dengan peralatan-peralatan ini Al din berharap dapat memperbaharui tabel astronomi zij (..) dengan menggambarkan pergerakan planet, matahari dan bulan. Perlu diketahui bahwa di zaman ini, observatorium taqi al din hanya bisa ditandingi oleh observatorium Kerajaan Denmark yang dibangun oleh Tyco Brahe.
.

Observasi
Taqi Al din membuat “Observational clocknya” untuk membuat zij ( dinamakan unbored pearl) dan katalog astronomi yang lebih akurat dibanding catalog yang dibuat astronom sezamannya, Tyco Brahe dan Nicolas Copernikus . Ia juga adalah astronom pertama yang menggunakan notasi desimal di dalam kegiatan observasinya sementara astronom seangkatannya dan pendahulunya cenderung menggunakan angka pecahan sexagesimal.
Di samping itu, taqi al din juga mempopulerkan metode “Three point observation”nya Al Biruni . Di dalam karya tulisnya , The Nabh Three ia menggambarkan 3 point. Dua point adalah oposisi saat purnama dan poin ke 3 adalah untuk setiap tempat yang dituju (in any decimal points). Ia menggunakan metode tersebut untuk menghitung accentricity ( keanehan) orbit matahari dan pergerakan biasa dari apogee ( titik terjauh bintang) . Ini juga dilakukan oleh Tyco Brahe dan Copernikus walaupun perhitungan Taqi Al Din belum cuku akurat.

Nasib observatorium Taqi al din
Pemerintahan Usmani Turki mengalami perubahan kepemimpinan ketika Sultan Selim II tutup usia. Tahta kesultanan akhirnya diduduki Sultan Murad III. Kepada sultan yang baru, Taqi Al-Din mengajukan permohonan untuk membangun observatorium yang baru. Ia menjanjikan prediksi astrologi yang akurat dengan berdirinya observatorium baru tersebut.

Permohonan itu akhirnya dikabulkan Sultan Murad III. Proyek pembangunan Observatorium Istanbul dimulai pada 1575 M. Dua tahun kemudian, observatorium itu mulai beroperasi. Taqi Al-Din menjabat sebagai direktur Observatorium Istanbul. Dengan kucuran dana dari Kerajaan Ottoman, observatorium itu bersaing dengan observatorium yang ada di Eropa, khususnya Observatorium Astronomi Raja Denmark.

Di observatorium itu, Taqi Al-Din pun memperbarui tabel astronomi yang sudah tua peninggalan Ulugh Beg. Observatorium itu pun mampu menjelaskan tentang pergerakan planet, matahari, bulan, dan bintang. Suatu saat, Taqi Al-Din menyaksikan sebuah komet. Ia pun lalu memperkirakan munculnya komet itu sebagai pertanda kemenangan bagi pasukan tentara Usmani Turki yang tengah bertempur.

Namun, ternyata prediksinya itu meleset. Sultan pun memutuskan untuk menghentikan kucuran dana operasional observatorium. Observatorium itu pun dihentikan pada 1580 M. Sejak saat itulah pemerintah Usmani mengharamkan astrologi. Selain alasan agama, konflik politik juga menjadi salah satu pemicu ditutupnya observatorium itu.

Meski begitu, astronomi bukanlah satu-satunya bidang yang dikembangkan Taqi Al-Din. Ia juga berhasil menemukan berbagai teknologi serta karya dalam disiplin ilmu lainnya. Hingga kini, namanya tetap melegenda dan dikenang sebagai seorang ilmuwan serbabisa yang hebat pada zamannya.


''Ilmuwan terbesar di muka bumi.'' Begitulah Kekhalifahan Usmani Turki di abad ke-16 M menjuluki saintis Muslim serbabisa ini. Pada era itu, tak ada ilmuwan di Eropa yang mampu menandingi kehebatannya. Ia adalah seorang tokoh ilmu pengetahuan fenomenal yang menguasai berbagai disiplin ilmu

Tidak ada komentar: